Miris! Kisah Pembantaian Anak-anak di Gereja Tapanuli
Kasus pembunuhan anak-anak di sebuah gereja di Tapanuli dilakukan orang stres atau orang gila. Kronologi pembantaian korban oleh pria bernama Burhan Gultom terjadi Minggu, 4 November 2012. Simak cerita kejahatan terhadap anak yang tak berdosa ini.
Saya mendapatkan berita ini dari rekan yang bekerja di Advertising Agency. Di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, sejumlah bocah mati ditangan orang gila. Hingga hari ini pun kepolisian menjaga ketat rumah si pelaku. Polisi takut keluarga para korban mengurung rumah itu demi balas dendam.
Aksi tak berperikemanusiaan ini membuat organisasi di Jakarta mengirim para psikolog ke Tapanuli demi memulihkan jiwa anak-anak yang selamat dari si gila itu.
Ya, anak-anak menjadi korban ketika mengikuti Sekolah Minggu di Gereja HKBP Simanosor, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah. Keceriaan anak-anak itu berubah menjadi duka dalam sekejap. Kaki-kaki mungil berlarian sambil menjerit minta tolong. Tiga anak langsung tewas dengan kondisi mengenaskan usai dibacok. Luka parah terlihat di leher mereka.
Si Burhan gila tak puas, anak-anak lain yang mencoba lari pun dikejarnya. Sesampainya di luar gereja, seorang warga yang melihat kejadian itu mencoba menenangkan Burhan. Namun alih-alih berhasil, warga itu malah ikut menjadi korban. Tangannya terluka dibacok oleh Burhan.
Parang yang diayunkan Burhan tak membuat warga sekitar surut untuk mendekatinya. Ia justru menjadi sasaran amuk warga hingga tewas. Meski ia telah tewas, peristiwa sadis ini tetap diselidiki. Lantas, apa penyebab Burhan membantai bocah yang rata-rata dibawah 10 tahun itu?
Menurut kesaksian warga, Burhan telah lama menderita gangguan jiwa karena tidak tuntas menuntut ilmu gaib. Burhan lebih banyak berdiam dan mengkhayal. Setiap kumat, ia membuat keributan di kampung. Ibu-ibu kerap dipukulinya tanpa alasan, namun keluarganya marah bila ia Burhan dibilang gila.
Anak-anak korban sabetan parang Burhan kini dihantui trauma seumur hidup. Perbuatannya tetap tidak bisa dibenarkan meski ia mengidap gangguan kejiwaan. Pembantaian itu adalah kejahatan kemanusiaan. Tragedi Minggu berdarah di gereja itu setidaknya membuat kita untuk tidak selalu menganggap sepele orag stres. Nyatanya, mereka tak hanya mencelakakan diri sendiri namun orang lain.

0 komentar:
Posting Komentar